Senin, 14 Maret 2011

DUL ABDUL RAHMAN, BULUKUMBA MENGINSPIRASI KARYANYA

DIBANDING beberapa kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan, termasuk Sulawesi Barat, Bulukumba termasuk daerah yang menurut Dul Abdul Rahman, merupakan gudangnya penulis-penulis bertalenta. Bahkan fiksi pertama yang dibacanya sebuah novel berjudul "Pulau" yang ditulis sastrawan asal Bulukumba, Aspar Paturusi.

Sekarang ini lanjut Dul, penulis-penulis Bulukumba semakin menggeliat. Regenerasi penulis tersebut, terlihat dari munculnya dua sastrawan muda asal Butta Panrita Lopi tersebut, Anis Kurniawan dan Andhika Mappasomba. "Saya yakin geliat sastra akan semakin kentara di Bulukumba. Dua anak muda itu memang sangat mencintai setengah mati Bulukumba. Semoga Bulukumba juga kian menyayanginya," katanya.

Bagi Bang Dul, sapaannya, Bulukumba membuatnya selalu meluah hibah, meluah rindu yang tiada terperikan. Bahkan, katanya, ketika menjalani studi S1 di Malaysia, khususnya di Kedah bagian utara, dia serasa berada di Bulukumba. Pohon-pohon karet di Kedah Darul Aman baginya serupa pohon-pohon karet di Bulukumba. Bedanya sebut dia, pohon-pohon karet di Bulukumba kadangkala kejam dan tidak bersahabat dengan para petani. Sewaktu kejadian tragis meninggalnya dua petani di Bulukumba pada tragedi Senin Berdarah 21 Juli 2003 saya berada di Kedah Darul Aman dan menangis mendengar Bulukumba menjadi Darul "tak" aman. "Mengenai gugurnya dua pahlawan petani Barra bin Badulla dan Ansu bin Musa menginspirasiku menulis novel berjudul Pohon-Pohon Meranggas," kisahnya.

Dul sendiri, agak membagi cinta, karena meski dilahirkan dari "rahim" Bulukumba, dirinya dibesarkan di Sinjai dari usia 9 tahun. Bahkan pernah menimba ilmu diMalaysia beberapa tahun lamanya. Daerah-daerah tersebut lanjut Dul sangat dia sayang. Dul adalah lelaki Bugis yang menganut filosofi air. Dia sering teringat pesan kakeknya. "Engkau lelaki Bugis anakku. Orang Bugis itu identik dengan air. Air itu akan membentuk seperti tempatnya. Ditaruh di baskom membentuk baskom, ditaruh di bejana bundar membentuk bundar, ditaruh di kolam segiempat membentuk segiempat, ditaruh di tempat yang lonjong membentuk lonjong," ujar Dul menukil pesan kakeknya.

Meski begitu, tanah, air, angin, jagung, padi Bulukumba membentuk embrio tubuhnya. Tubuh yang kemudian mengikuti jejak kisah orang-orang Bugis, sebagai Pasompe' atau perantau. (muhammad nursam)

Sumber: HARIAN FAJAR, Ahad 13 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar