Columbus Naik Perahu Pinisi
Oleh: dul abdul rahman
(sastrawan dan peneliti budaya)
Tidak ada pelaut Eropa yang begitu tergila-gila terhadap nusantara
daripada Christopher Columbus. Terobsesi dari petualangan Marcopolo(abad XIII) dan
Ibnu Battuta(abad XIV) yang sebelumnya berkelana ke Asia, Columbus pun bertekad
berlayar ke Asia. Ada tiga tempat yang paling ingin dikunjungi oleh Columbus,
yaitu Quinsay (sekarang Hangzhou, Cina) kota terkaya dan terbesar di dunia pada
abad pertengahan. Kedua adalah India, ia sangat ingin bertemu dengan penguasa
Mongul Khan Agung. Tempat ketiga adalah nusantara (saat itu Malaka dan Maluku)
yang sangat terkenal dengan rempah-rempahnya.
Sejatinya, Columbus berasal dari Genoa, Italia. Tetapi demi mencapai
keinginannya untuk berlayar ke Asia, ia menyeberang ke Portugis. Ia mendengar
kabar bahwa Portugis sedang gencar-gencarnya melakukan eksplorasi dan mencari
dunia baru untuk ditaklukkan dan diekploitasi.
Setiba di Portugis, Columbus mengajukan proposal berlayar atas nama
bangsa Portugis kepada Raja Joao II. Tetapi proposal Columbus ditolak oleh sang
raja. Columbus tidak patah semangat, ia pun pergi ke Spanyol yang saat itu
dipimpin oleh duet Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang juga punya semangat membara
untuk mencari daerah-daerah taklukan untuk diekploitasi dan dijajah.
Alhasil, Columbus pun berlayar menuju Asia dengan berbendera Spanyol. Saat
itu ia berlayar dengan tiga kapal induk, Santa Maria, Nina, dan Pinta.
Kapal induk utama Santa Maria dipimpin oleh Columbus, Nina dipimpin oleh
Amerigo Vespucci, Pinta dipimpin oleh Martin Alonso Pinzon.
Ketika pelayaran Columbus hampir tiba di sebuah wilayah yang kelak diberi
nama benua Amerika, kapal Santa Maria berpisah dengan dua kapal induk lainnya. Santa
Maria mengejar perahu aneh yang juga sedang berlayar mendekati benua yang belum
bernama. Perahu aneh tersebut adalah perahu pinisi sepulang dari Venesia
membawa rempah-rempah. Columbus pun menyerang perahu itu hingga karam, sisa-sisa
perahu yang karam itu akhirnya terdampar di pantai Acapulco, Meksiko.
Sebelum karam, awak perahu pinisi melakukan perlawanan sengit. Kapal
Santa Maria pun ikut karam. Untungnya Columbus berhasil diselamatkan oleh kapal
Nina yang dipimpin oleh Vespucci. Kapal Nina kemudian berlabuh di sebuah benua
baru yang kemudian bernama benua Amerika yang diambil dari nama depan Vespucci.
Vespucci dan Columbus sempat bersitegang soal nama, karena bagaimana pun
Columbus adalah panglima tertinggi. Tetapi Columbus tidak perlu begitu kecewa,
karena dalam sejarah, penemu benua Amerika adalah Christopher Columbus, bukan
Amerigo Vespucci.
Niat Columbus untuk berlayar ke Asia tidak pernah pupus. Tetapi hingga
pelayaran keempat, armada Columbus tidak bisa mencapai Asia, bahkan kapal induk
Santa Maria pun diganti dengan kapal induk yang lebih besar bernama Maria
Galante. Namun Columbus punya seribu akal. Ia pun mengaku sudah sampai ke India
dengan mengatakan ia sudah bertemu dengan orang-orang India. Maka Columbus pun
memberi nama penduduk asli benua Amerika, orang Indian. Ia juga mengaku
sudah sampai di ujung timur terjauh dunia (nusantara) dan sudah melihat
perahu-perahu aneh (pinisi). Ketika ditanya apa nama perahu orang-orang timur
jauh tersebut, maka Columbus pun berkata, “perahu-perahu itu sering berada di
Venesia.” Ketika ada anak buahnya masih ingin bertanya, Calumbus pun berkata,
“Kalian tidak usah terlalu berisik!”
Perahu aneh itupun dinamai perahu venesia yang kelak dieja: perahu
pinisi.
…
Setahun silam, saya mengunjungi sentra pembuatan pinisi di Bulukumba.
Saya bertemu dengan seorang turis asal Amerika Serikat bernama Ferdinand Columbus.
Rupanya Columbus ingin memesan perahu pinisi.
Saya pun bertanya mengapa Columbus
ingin memesan perahu pinisi, bukankah banyak model kapal lain yang lebih modern
yang bisa dijadikan kapal pesiar? Columbus tertawa tertahan. Saya merasakan
ketawanya setengah mengejek. Dengan sangat bersahabat ia pun menjawab, “Saya
ini kan keturunan Columbus. Makanya, saya ingin mewujudkan keinginan beliau
yang dulu ingin sekali tiba di Indonesia. Saking inginnya tiba di Indonesia,
maka ia pun mengaku sudah sampai di Indonesia dan melihat perahu pinisi.”
“Benarkah?”
Ferdinand Columbus kembali tersenyum.
Kali itu senyumannya tulus. “Saya mencintai perahu pinisi, you jangan
khawatir, meski kelak perahu itu berlayar di perairan Amerika, namanya tetap
perahu pinisi, bukan perahu Columbus, dan sudah pasti seluruh dunia menganggap
saya pembohong kalau saya mengaku bahwa perahu pinisi adalah hasil kreasi orang
Amerika. Karena sejak dulu, perahu pinisi adalah simbol kebanggaan orang Bugis
Makassar.”
…
Seminggu yang lalu, saya menghadiri acara bedah buku PINISI di Gedung
Amanna Gappa, UNM. Saya mendengar suara-suara berisik. Katanya perahu pinisi
diambang kepunahan, perahu pinisi dijadikan lambang daerah di sebuah kabupataen
di Kalimantan. Ternyata perahu-perahu pinisi yang sekarang yang
berlenggak-lenggok anggun di lautan milik orang-orang asing.
Saat itu saya hanya teringat dengan ucapan Christopher Columbus, “jangan
terlalu berisik.” Pun, saya teringat dengan ucapan Ferdinand Columbus. Perahu
Pinisi adalah simbol bahari orang Bugis-Makassar.”
Ketika meninggalkan Gedung Amanna Gappa, dan melewati Menara Pinisi milik
UNM, saya pun berkata dalam hati, “Tak peduli namanya Menara Pinisi, atau
Menara Phinisi, atau malah Phinisi Building. Pun siapapun yang
memilikinya, UNM, UNHAS, atau malah Universitas Columbus di Amerika Serikat,
tetap dunia mengakuinya bahwa pinisi adalah simbol bahari orang Bugis-Makassar.
Tapi sama sekali tidak dilarang banyak berisik. Yuk, mari berisik
positif!
Sumber: Litera Koran Tempo Makassar, Sabtu 30 Maret 2013
hehehe, imajinasi atau fakta ya, kak.
BalasHapus