Jumat, 29 Maret 2013

COLUMBUS NAIK PERAHU PINISI



Columbus Naik Perahu Pinisi
Oleh: dul abdul rahman
(sastrawan dan peneliti budaya)

Tidak ada pelaut Eropa yang begitu tergila-gila terhadap nusantara daripada Christopher Columbus. Terobsesi dari petualangan Marcopolo(abad XIII) dan Ibnu Battuta(abad XIV) yang sebelumnya berkelana ke Asia, Columbus pun bertekad berlayar ke Asia. Ada tiga tempat yang paling ingin dikunjungi oleh Columbus, yaitu Quinsay (sekarang Hangzhou, Cina) kota terkaya dan terbesar di dunia pada abad pertengahan. Kedua adalah India, ia sangat ingin bertemu dengan penguasa Mongul Khan Agung. Tempat ketiga adalah nusantara (saat itu Malaka dan Maluku) yang sangat terkenal dengan rempah-rempahnya.
Sejatinya, Columbus berasal dari Genoa, Italia. Tetapi demi mencapai keinginannya untuk berlayar ke Asia, ia menyeberang ke Portugis. Ia mendengar kabar bahwa Portugis sedang gencar-gencarnya melakukan eksplorasi dan mencari dunia baru untuk ditaklukkan dan diekploitasi.
Setiba di Portugis, Columbus mengajukan proposal berlayar atas nama bangsa Portugis kepada Raja Joao II. Tetapi proposal Columbus ditolak oleh sang raja. Columbus tidak patah semangat, ia pun pergi ke Spanyol yang saat itu dipimpin oleh duet Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang juga punya semangat membara untuk mencari daerah-daerah taklukan untuk diekploitasi dan dijajah.
Alhasil, Columbus pun berlayar menuju Asia dengan berbendera Spanyol. Saat itu ia berlayar dengan tiga kapal induk, Santa Maria, Nina, dan Pinta. Kapal induk utama Santa Maria dipimpin oleh Columbus, Nina dipimpin oleh Amerigo Vespucci, Pinta dipimpin oleh Martin Alonso Pinzon.
Ketika pelayaran Columbus hampir tiba di sebuah wilayah yang kelak diberi nama benua Amerika, kapal Santa Maria berpisah dengan dua kapal induk lainnya. Santa Maria mengejar perahu aneh yang juga sedang berlayar mendekati benua yang belum bernama. Perahu aneh tersebut adalah perahu pinisi sepulang dari Venesia membawa rempah-rempah. Columbus pun menyerang perahu itu hingga karam, sisa-sisa perahu yang karam itu akhirnya terdampar di pantai Acapulco, Meksiko.
Sebelum karam, awak perahu pinisi melakukan perlawanan sengit. Kapal Santa Maria pun ikut karam. Untungnya Columbus berhasil diselamatkan oleh kapal Nina yang dipimpin oleh Vespucci. Kapal Nina kemudian berlabuh di sebuah benua baru yang kemudian bernama benua Amerika yang diambil dari nama depan Vespucci. Vespucci dan Columbus sempat bersitegang soal nama, karena bagaimana pun Columbus adalah panglima tertinggi. Tetapi Columbus tidak perlu begitu kecewa, karena dalam sejarah, penemu benua Amerika adalah Christopher Columbus, bukan Amerigo Vespucci.
Niat Columbus untuk berlayar ke Asia tidak pernah pupus. Tetapi hingga pelayaran keempat, armada Columbus tidak bisa mencapai Asia, bahkan kapal induk Santa Maria pun diganti dengan kapal induk yang lebih besar bernama Maria Galante. Namun Columbus punya seribu akal. Ia pun mengaku sudah sampai ke India dengan mengatakan ia sudah bertemu dengan orang-orang India. Maka Columbus pun memberi nama penduduk asli benua Amerika, orang Indian. Ia juga mengaku sudah sampai di ujung timur terjauh dunia (nusantara) dan sudah melihat perahu-perahu aneh (pinisi). Ketika ditanya apa nama perahu orang-orang timur jauh tersebut, maka Columbus pun berkata, “perahu-perahu itu sering berada di Venesia.” Ketika ada anak buahnya masih ingin bertanya, Calumbus pun berkata, “Kalian tidak usah terlalu berisik!”
Perahu aneh itupun dinamai perahu venesia yang kelak dieja: perahu pinisi.
Setahun silam, saya mengunjungi sentra pembuatan pinisi di Bulukumba. Saya bertemu dengan seorang turis asal Amerika Serikat bernama Ferdinand Columbus. Rupanya Columbus ingin memesan perahu pinisi.
            Saya pun bertanya mengapa Columbus ingin memesan perahu pinisi, bukankah banyak model kapal lain yang lebih modern yang bisa dijadikan kapal pesiar? Columbus tertawa tertahan. Saya merasakan ketawanya setengah mengejek. Dengan sangat bersahabat ia pun menjawab, “Saya ini kan keturunan Columbus. Makanya, saya ingin mewujudkan keinginan beliau yang dulu ingin sekali tiba di Indonesia. Saking inginnya tiba di Indonesia, maka ia pun mengaku sudah sampai di Indonesia dan melihat perahu pinisi.”
            “Benarkah?”
            Ferdinand Columbus kembali tersenyum. Kali itu senyumannya tulus. “Saya mencintai perahu pinisi, you jangan khawatir, meski kelak perahu itu berlayar di perairan Amerika, namanya tetap perahu pinisi, bukan perahu Columbus, dan sudah pasti seluruh dunia menganggap saya pembohong kalau saya mengaku bahwa perahu pinisi adalah hasil kreasi orang Amerika. Karena sejak dulu, perahu pinisi adalah simbol kebanggaan orang Bugis Makassar.”
Seminggu yang lalu, saya menghadiri acara bedah buku PINISI di Gedung Amanna Gappa, UNM. Saya mendengar suara-suara berisik. Katanya perahu pinisi diambang kepunahan, perahu pinisi dijadikan lambang daerah di sebuah kabupataen di Kalimantan. Ternyata perahu-perahu pinisi yang sekarang yang berlenggak-lenggok anggun di lautan milik orang-orang asing.
Saat itu saya hanya teringat dengan ucapan Christopher Columbus, “jangan terlalu berisik.” Pun, saya teringat dengan ucapan Ferdinand Columbus. Perahu Pinisi adalah simbol bahari orang Bugis-Makassar.”
Ketika meninggalkan Gedung Amanna Gappa, dan melewati Menara Pinisi milik UNM, saya pun berkata dalam hati, “Tak peduli namanya Menara Pinisi, atau Menara Phinisi, atau malah Phinisi Building. Pun siapapun yang memilikinya, UNM, UNHAS, atau malah Universitas Columbus di Amerika Serikat, tetap dunia mengakuinya bahwa pinisi adalah simbol bahari orang Bugis-Makassar.
Tapi sama sekali tidak dilarang banyak berisik. Yuk, mari berisik positif!

Sumber: Litera Koran Tempo Makassar, Sabtu 30 Maret 2013

1 komentar: