Minggu, 02 Februari 2014

ASPEK PSIKOLOGI NOVEL DAUN-DAUN RINDU KARYA DUL ABDUL RAHMAN DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 JEPARA



ASPEK PSIKOLOGI NOVEL DAUN-DAUN RINDU KARYA DUL ABDUL RAHMAN DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 JEPARA

(Skripsi Rohmad Widodo, 2011. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS IKIP PGRI Semarang)

Abstrak
Penelitian ini berjudul “Aspek Psikologi dalam Novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman dan Implementasi pengajarannya di Kelas XII SMK Negeri 1 Jepara Tahun 2011/2012”. IKIP PGRI Semarang. 2011. Pembimbing I Drs.Suyoto, M.Pd., Pembimbing II Dra.Ngatmini, M.Pd.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana aspek psikologi yang terkandung dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman? Dan bagaimana implementasi pembelajaran aspek psikologi dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman di kelas XII SMK Negeri 1 Jepara?

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan pembelajaran aspek yang terkandung dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman dan mendeskripsikan pembelajaran aspek psikologi dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman di kelas XII SMK Negeri 1 Jepara.

Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, metode studi pustaka, metode deskriptif analisis, metode kualitatif deskriptif, teknik informal, teknik observasi, dan teknik kuantitatif.

Hasil analisis dan pembahasan diketahui bahwa aspek psikologi yang terkandung dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman ialah (1) tentang jiwa nasionalisme atau cinta terhadap bangsa dan negaranya sendiri, (2) jiwa penyabar dan ulet dalam menghadapi permasalahan, dan (3) jiwa kasih sayang.

Implementasi pembelajaran aspek psikologi di kelas XII SMK Negeri 1 Jepara menggunakan metode ceramah, metode kontekstual, metode Tanya jawab, dan metode diskusi. Siswa membaca novel dua minggu sebelum waktu pembelajaran. Dalam pembelajaran, siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru, kemudian siswa menganalisis novel tentang unsur intrinsik dan aspek psikologi yang terkandung di dalamnya. Untuk mengetahui hasil kemampuan pencapaian siswa digunakan teknik tes dengan memberikan beberapa pertanyaan yang mencakup unsur-unsur intrinsic dan pesan psikologo yang terkandung dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman. Hasil implementasi pembelajaran ini dapat dikatakan berhasil karena sesuai dengan indicator dan tuntas sesuai KKM sekolah yakni 68 dengan pencapaian nilai rata-rata siswa adalah 73.

Penelitian ini menyarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran novel. Di dalam sebuah novel terdapat banyak pesan positif bagi pembacanya. Maka dari itu, seorang pendidik dapat menggunakan novel sebagai media pembelajaran sehingga pembelajaran sastra terasa akan lebih menarik dan apresiatif sehingga memunculkan minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Ringkasan Hasil Penelitian

A. Unsur Intrinsik Novel
            Unsur intrinsic dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman terdiri dari tema, alur, tokoh dan penokohan, serta latar. Berikut dipaparkan dipaparkan unsur-unsur tersebut.

            1. Tema
            Tema merupakan gagasan atau ide atau pikiran utama dalam karya sastra, baik yang terungkap maupun tidak, Sudjiman (dalam Harjito, 2007:2). Di sini ada istilah baik terungkap atau tidak. Terungkap atau eksplisit manakala tema tadi disebutkan secara tersurat dalam wacana yang bersangkutan. Dinamakan tidak terungkap atau eksplisit manakala pembaca harus mereka-reka terlebih dahulu tentang tema yang dimaksud.

            Pada novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman menceritakan kisah seorang pemuda bernama Beddu Kamase, seorang anak muda keturunan suku Bugis yang menjalani kehidupan mahasiswa di sebuah universitas di Malaysia yang sebelum keberangkatannya, ia dilepas melalui upacara adat sebagai pasompe yaitu sebutan untuk orang yang akan merantau atau bepergian jauh. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini:

Data (1) “Malam itu adalah malam terakhirku di Kampung Kalobba, Sinjai. Esoknya, aku harus berangkat ke Makassar. Satu hari kemudian adalah jadwal keberangkatanku ke Kedah Darul Aman, Malaysia. Aku akan kuliah di Universiti Utara Malaysia (UUM). Layaknya orang yang akan bepergian jauh, malam itu para keluarga dan para tetangga, bahkan penduduk satu kampung berkumpul di rumahku. Serupa pesta perkawinan, suasana rumahku benar-benar ramai. Sebagai ritual orang kampung, aku akan dilepas sebagai pasompe.” (Rahman, 2010: 5)

            Dari kutipan (1) di atas menjelaskan bahwa Beddu Kamase adalah seorang yang memiliki semangat belajar yang tinggi dengan dibuktikan olehnya yang akan menjadi seorang mahasiswa di Universiti Utara Malaysia. Sebelum pergi jauh untuk menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di luar negeri, ia terlebih dahulu dilepas melalui upacara adat sebagai seorang pasompe.

            Di perjalanan menuju Malaysia, Beddu Kamase teringat dengan keadaan kampung halamannya khususnya di bidang pendidikan. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Data (2) “Di atas pesawat menuju Kuala Lumpur, ingatanku terus melayang-layang ke kampung halaman. Tentang banyaknya teman-temanku yang tak bisa kuliah atau bahkan tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP atau SMA. Penyebabnya bukan hanya factor biaya pendidikan, tetapi juga factor mental orang tua yang menganggap jadi sarjana tidak begitu penting karena banyak sarjana di kampungku yang tidak jadi PNS. Pikiran orang kampung kala itu, kuliah berarti akan jadi PNS. Kalau tidak jadi PNS, berarti hanya membuang-buang uang saja.” (Rahman, 2010: 29)

            Berdasarkan data (2) di atas menunjukkan bahwa Beddu Kamase tidak melupakan kampung halamannya dan memiliki semangat juang yang tinggi khususnya dalam bidang pendidikan karena ia tidak mau sama seperti teman-teman di kampungnya yang tidak mementingkan pendidikan.

            Sesampainya di Malaysia, dan dalam perjalanan daratnya di Malaysia, Beddu Kamase melihat pemandangan-pemandangan yang cukup membuatnya simpati. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini:

Data (3) “Pemandangan dari Sepang menuju Kuala Lumpur seperti melewati hutan kelapa sawit. Dimana-mana yang terlihat hanyalah perkebunan kelapa sawit. Aku melihat wajah-wajah Indonesia sibuk menadah buah kelapa sawit. Terbayang wajahku di sana, wajah bangsaku, bangsa buruh yang bekerja sebagai tenaga pesuruh di negeri orang, padahal memiliki sumber daya alam yang melimpah. Payah.” (Rahman, 2010: 33)

            Dari kutipan (3) di atas tampak bahwa Beddu Kamase memiliki jiwa social dan nasionalisme yang cukup tinggi. Ia menyayangkan keadaan alam Indonesia yang kaya akan sumber daya alam tetapi saudara-saudara sebangsanya hanya menjadi buru di negeri orang.

            Jiwa nasionalisme yang dimiliki Beddu Kamase terlihat jelas ketika ia sudah memulai kehidupannya sebagai mahasiswa. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut:

Data (4) “Untuk memperart tali persaudaraan mahasiswa Indonesia yang kuliah di UUM yang berjumlah sekitar tiga puluhan dari berbagai jurusan, aku mengusulkan kepada teman-temanku untuk membuat madding yang kami beri judul Warta Indonesia. Mading itu sekaligus pelepas rindu akan berita tentang Indonesia buat kami, para mahasiswa Indonesia di negeri rantau.” (Rahman, 2010: 88)

            Dari kutipan (4) di atas terlihat bahwa sebenarnya jiwa nasionalisme yang dimiliki Beddu Kamase tidak hanya ia pelihara, namun lebih dari itu ia ingin menularkan rasa nasionalisme itu kepada mahasiswa yang juga berkuliah satu kampus dengannya.

            Rasa nasionalisme yang tinggi yang dimiliki Beddu Kamase juga dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Data (5) “Aku tersenyum memandang ketiga temanku. Ketiganya hanya manggut-manggut. Mudah-mudahan mereka tidak mengatakan, kok yang dibanggakan cuma sejarah melulu? Tapi, aku tak peduli. Aku harus bercerita banyak tentang Indonesia. Aku harus membangun kesan positif pada mereka tentang Indonesia.” (Rahman, 2010: 227)

            Dari kutipan (5) di atas menjelaskan bahwa, Beddu Kamase ketika menceritakan Indonesia kepada teman-temannya tidak ingin membuat kesan negative. Ini terlihat bahwa rasa nasionalisme yang dimiliki oleh Beddu Kamase cukup tinggi.

            Jadi dapat disimpulkan dari uraian di atas, menceritakan bagaimana jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh Beddu Kamase sangat tinggi. Ia lebih mencintai bangsanya sendiri meskipun ia tinggal di Malaysia yang lebih maju. Jadi tema yang terkandung dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman ialah tentang nasionalisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar