Sabtu, 06 Agustus 2011

Tips menulis dul abdul rahman:

SIAPA ITU PENULIS?

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis,
ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian…”
(Pramoedya Ananta Toer)

“Siapakah itu penulis?”

Penulis adalah orang yang menulis.

“Kalau tidak menulis?”

Tentu saja dia bukan penulis. Tapi kalau ia berniat menulis maka ia adalah calon penulis. Kalau ia tak pernah berniat menulis dan ingin jadi penulis maka ia bermimpi jadi penulis. Begitulah Kawan! Masakan ada penulis tapi tidak menulis. Makanya menulislah sekarang ini juga supaya kamu bisa disebut penulis.

“Bagaimana caranya menjadi penulis?”

Satu-satunya cara untuk menjadi penulis adalah dengan menulis hari ini juga. Ambil buku atau kertas dan pulpen, atau nyalakan komputer atau laptop Kamu, kemudian tuangkan isi kepala dan perasaan Kamu. Kalau kamu sudah menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Selamat ya! Kamu sudah berhak disebut sebagai penulis, Kawan. Penulis pemula.

“Apa-apa saja karakteristik dari seorang penulis?”

Banyak, Kawan. Diantaranya adalah seorang penulis juga adalah seorang pecinta bahasa.

“Kok penulis itu pencinta bahasa?”

Kalau Kamu mau jadi penulis maka Kamu juga harus pencinta bahasa. Kemampuan berbahasa menjadi syarat utama bagi seorang penulis. Bahasa tulis menjadi alat ekspresi utama bagi seorang penulis. Ini mutlak, Kawan. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kalau bahasa seorang penulis kacau, maka tulisannya juga cenderung kacau dan sudah pasti orang malas membacanya. Dan mungkin saja tak ada media cetak yang mau memuatnya, dan sudah pasti tak ada penerbit yang mau menerbitkannya. Sebaliknya jika bahasanya bagus, maka pembaca akan tertarik membacanya. Saya kira novel tetralogi Laskar Pelangi asyik dibaca karena kepiawaian Andrea Hirata mempermainkan kata-kata, kata-kata Andrea Hirata benar-benar menggoda dan terkadang menggelikan bagi pembacanya.

“So, gimana caranya supaya bahasa menjadi bagus?”

Ya harus dengan belajar, Kawan! Belajarnya bisa dengan banyak membaca puisi-puisi, judul lagu, judul film, pokoknya kalimat-kalimat yang indah seperti iklan-iklan yang bertebaran di jalan-jalan, ataupun di teve. Perhatikan dan rasakan keindahan dan keunikan kalimat-kalimat berikut:

- Pohon-pohon Rindu (judul novel dul abdul rahman)
- Ayat-ayat Cinta (judul novel Habiburrahman El Shirazy)
- Terus Terang Philip Terang Terus (iklan lampu neon merek Philip)
- Perempuan Berkalung Sorban (Judul novel Abidah El Khalieqy)
- Hujan Rintih-rintih (judul kumpulan puisi M.Aan Mansyur)
- Sabda Laut (judul novel dul abdul rahman)
Sekali lagi, Kawan, bahwa memang seorang penulis itu harus banyak membaca. Coba bacalah karya-karya yang baik serta pelajarilah cara mereka menggunakan bahasa. Baca dan pelajarilah bagaimana Jalaluddin Rumi mencipta bahasa yang sufistik, Kahlil Gibran mencipta bahasa yang syahdu dan merdu, Buya Hamka menggugah dengan kata-kata yang indah. Jangan lupa pelajari gaya Agatha Christy membuat kata-kata yang sangat menegangkan, atau gaya Guy de Maupasant membuat kata-kata yang lembut.

“Apalagi karakteristik dari seorang penulis?”

Penulis adalah pembaca yang baik.

“Katanya ada penulis yang malas membaca ya?”

Masak sih, kalau memang ada penulis yang malas membaca, jangan diikuti Kawan, pasti dia penulis musiman. Lebih baik kita mengikuti pendapat Robert Silverberg. Kata Silverbeg, ada tiga aturan sukses menulis, yaitu:
1. Banyak membaca
2. Banyak menulis
3. Banyak membaca lagi, banyak menulis lagi.
Nah kan? Makanya perbanyaklah membaca. Tak perlu juga ada persyaratan bahwa harus baca ini, harus baca itu, atau jangan baca ini, jangan baca itu. Bacalah buku atau apa saja yang kamu rasa tertarik untuk membacanya, bisa berupa majalah, koran, kitab suci, bahkan coretan dinding sekalipun. Cuma kalau boleh saya berpesan, kalau misalnya Kamu suka baca buku porno, tolong dibaca sembunyi-sembunyi saja ya, supaya hobi kamu tidak menular kepada yang lain, hehehe.
Begitulah kawan. Dengan banyak membaca, tentu saja Kamu akan mendapatkan setumpuk wawasan yang dapat merangsang munculnya ide untuk menulis. Dengan banyak membaca pula, ide-idemu selalu update. Ingat! Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Penulis yang produktif adalah pembaca yang rajin dan tekun.

“Masih adakah persyaratan lain supaya bisa disebut penulis?”

Nah masih ada Kawan. Publikasikan tulisanmu!
Ingatlah, Kawan! Kamu hanya bisa disebut sebagai penulis jika Kamu menulis. Dan tentu saja Kamu baru diakui oleh masyarakat keberadaanmu sebagai penulis jika tulisanmu sudah terpublikasikan dan masyarakat membacanya. Jadi jika tulisanmu sudah selesai jangan cuma disimpan di file komputer saja, kirimkanlah tulisan-tulisanmu ke media massa. Biarkanlah tulisan-tulisanmu dibaca oleh orang lain sehingga mereka mengakui bahwa Kamu adalah penulis.

“Bagaimana kalau tulisan yang kami buat cukup dipajang saja di blog pribadi?”

Boleh juga tuh. Tapi biasanya kalau media cetak yang memuatnya berarti ada tahap seleksi dulu, dan biasanya yang menyeleksi sudah punya pengalaman sebagai penulis. Kalaulah dipasang di situs-situs yang memang keberadaannya sudah diakui, itu tak masalah. Tapi seorang kawan penyair dari Makassar yang bernama M.Aan Mansyur berani “menggugat”, saya lihat puisi-puisinya nongol duluan di blog pribadinya sebelum nongol di Koran Kompas. Kamu bisa mengikuti gaya Aan, atau siapa saja.

“Apakah media cetak lebih diakui keberadaannya dari pada media internet?”

Nampaknya saat ini begitu, Kawan. Tapi karena teknologi sudah maju, hampir semua media cetak punya media online. Semua berita yang dimuat di media cetak juga di-online-kan. Ada juga media online sastra seperti www.sriti.com yang hanya memuat tulisan(cerpen) yang sudah dimuat oleh media cetak.

“Jadi sebaiknya sebuah tulisan itu dipublikasikan ya.”

Bukan sebaiknya lagi, tapi seharusnya. Karena publikasi sebuah tulisan adalah puncak dari proses kreativitas sebuah kepenulisan. Dan asal tahu saja kawan, bagi seorang penulis, tidak ada pengalaman yang paling berbahagia dan mengesankan kecuali saat tulisannya untuk pertama kali dimuat di media cetak, baik berupa koran, tabloid, maupun majalah. Dan ingat, Kawan! Biasanya publikasi tulisan perdana akan membuka jalan bagi dimuatnya tulisan-tulisan selanjutnya.
Buat saya Kawan, meski –alhamdulillah- ratusan tulisan saya baik cerpen, esai, maupun kritik sastra dimuat di berbagai koran lokal maupun nasional. Tapi sampai sekarang ini setiap kali saya melihat tulisan sendiri di media massa, hati saya selalu “berbunga-bunga” (kayaknya narsis abis ya kawan, hehehe). Tentu saja berbunga-bunga dalam arti saya bahagia, pun dalam arti saya akan memetik bunga uang lagi, maksudnya honor tulisan, Kawan. Hehehe…

“Bagaimana kalau tulisan kami dipublikasikan dalam bentuk sebuah buku?”

Wah! Itu artinya Kamu benar-benar sudah jadi penulis, kawan.
“Maaf, pertanyaan ini sedikit agak nyeleneh.”
Maksudmu, kawan?
“Apakah penulis itu bisa juga disebut artis?”
Artis? Haaa…

“Hidup memang perlu dijalani terus, dipahami atau tidak.
Maka aku pun bersyukur dengan keadaanku sekarang.
Memang aku tidak punya jabatan, tanpa uang berlebihan,
tapi kurasa sudah ada juga yang kuberikan untuk keluarga,
famili, masyarakat, bangsa, dan ummat.
Ya, buku-buku yang kutulis”
(Deliar Noer)

Dul Abdul Rahman. Bekerja sebagai sastrawan dan peneliti. Ia menamatkan pendidikan menengahnya di SMA Negeri Bikeru Sinjai Selatan pada 1993. Pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (1993-1998), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (2001-2002), Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin (2004-2009). Aktif bersastra di Indonesia dan Malaysia.

Tulisan-tulisannya berupa karya sastra, kritik sastra, dan artikel budaya dimuat koran lokal dan nasional di Indonesia dan Malaysia. Buku sastranya yang sudah terbit:
1. Lebaran Kali Ini Hujan Turun (Kumpulan cerpen, Nala Makassar, 2006)
2. Pohon-Pohon Rindu (Novel, Diva Press Yogyakarta, 2009).
3. Daun-Daun Rindu (Novel, Diva Press Yogyakarta, 2010)
4. Perempuan Poppo (Novel, Penerbit Ombak Yogyakarta, 2010)
5. Sabda Laut (Novel, Penerbit Ombak Yogyakarta, 2010)

Novelnya yang segera terbit:
- Pohon-Pohon Meranggas
- Kupu-Kupu Bantimurung
- I La Galigo

Karya-karyanya dijadikan bahan penelitian oleh mahasiswa untuk meraih gelar sarjana bahkan pascasarjana. Novelnya Daun-Daun Rindu dijadikan bahan rujukan oleh banyak mahasiswa di Malaysia dari program diploma hingga doktoral untuk meneliti hubungan Indonesia-Malaysia.
Alamat surat elektronik: dulabdul@gmail.com. Atau emanarr@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar