PERSPEKTIF KEHIDUPAN SOSIAL DALAM NOVEL
SARIFAH KARYA DUL ABDUL RAHMAN
MIRNA DEVI ANITA
(FKIP PBSI, UNIVERSITAS PGRI KEDIRI)
ABSTRAK
(MIRNA DEVI ANITA: Perspektif Kehidupan Sosial dalam Novel “Sarifah” karya
Dul Abdul Rahman. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNP
Kediri. 2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) aspek
structural yang meliputi tema, alur, penokohan dan perwatakan, serta konflik
dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul Rahman; (2) aspek sosial yang meliputi:
interaksi sosial, kekuasaan, dan kepemimpinan dalam novel “Sarifah” karya Dul
Abdul Rahman.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian ini memiliki tiga tahapan, yaitu pertama
pembuatan rancangan penelitian, kedua pelaksanaan penelitian, dan ketiga
pembuatan laporan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai
dengan Juli 2016.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh deskripsi
sebagai berikut: tema mayor yang terdapat dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul
Rahman adalah perjuangan dalam menjalani kehidupan. Sedangkan tema minor dalam
novel “Sarifah” antara lain adalah: a) merampas hak rakyat kecil, b)
berpura-pura baik hanya untuk menjebak dan memperoleh simpati, c) kemewahan
membuat manusia lupa segalanya, termasuk cinta dan kasih sayang suami, dan d)
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cinta.
Penokohan yang terdapat dalam novel “Sarifah” karya Dul
Abdul Rahman meliputi tokoh utama Sarifah. Tokoh pendamping yaitu Barra Tobarani dan Taikong Lamakking.
Tokoh bawahan dalam novel tersebut adalah Lahajji, Sallasa, dan Mattorang.
Tokoh figuran dalam novel tersebut adalah Petta Loppo, Beddu Rassa, Sattu
Sobbu, dan Taikong Hamide. Tokoh bayangan dalam novel tersebut adalah La
Nongko, La Tato, Labuaja, Labolong, ibu Barra Tobarani, Pak Kepala Desa
Tugondeng.
Perwatakan yang terdapat dalam novel “Sarifah” karya Dul
Abdul Rahman ini meliputi watak datar dan watak bulat. Tokoh yang berwatak
datar yaitu Barra Tobarani, Lahajji, Sallasa, dan Mattorang. Tokoh yang
berwatak bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan
sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Tokoh yang berwatak bulat
adalah Sarifah dan Mandor Lamakking.
Konflik yang terdapat dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul
Rahman yang berupa konflik eksternal yang tergambar dari hubungan tokoh dengan
hubungan kontak sosial antar manusia. Sedangkan konflik internal yang tergambar
pada tekanan yang dialami oleh Sarifah, Barra Tobarani, serta Mandor Lamakking.
Sarifah terpaksa meninggalkan Barra Tobarani dan anak-anaknya di Bulukumba
karena ia harus berangkat menjadi TKI sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh
penyalur TKI dibawah pimpinan Taikong Lamakking. Barra Tobarani mengalami
tekanan batin yang amat dalam ketika ia harus berpisah dengan isterinya,
Sarifah.
Analisis aspek sosial dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul
Rahman dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
Kata kunci
Aspek Struktural, Aspek Sosiologi, Kehidupan Sosial
1
LATAR BELAKANG
Sastra adalah ungkapan pribadi
manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide-ide, semangat,
keyakinan dalam suatun bentuk gambaran yang konkret yang membangkitkan pesona
dengan alat bahasa (Sumardjo, 2001:3). Sastra sebagai ungkapan pribadi manusia,
tentunya mengandung berbagai hal atau permasalahan sesuai dengan apa yang ingin
disampaikan oleh sang pengarang dalam karyanya.
Karya sastra dihasilkan melalui
imajinasi dan kreativitas, sebagai hasil kontemplasi secara individual, tetapi
karya sastra ditujukan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain,
sebagai komunikasi. Karya sastra bukan semata-mata bahasa, melainkan bahasa
yang sudah dimodifikasi secara artificial (Ratna, 2013:298)
Karya Sastra adalah anak kehidupan
kreatif seorang penulis dan mengungkapkan pribadi pengarang. Bagi Cloridge,
kualitas karya sastra ditentukan oleh sejumlah aspek yang dilarikan juga ke
arah kemampuan seniman, yaitu daya spontanitas, kekuatan emosi, orisinalitas,
daya kontemplasi, kedalaman nilai kehidupan, dan harmoni (Siswantoro, 2008:1).
Hal-hal yang semacam inilah yang menyebabkan pentingnya peranan pengarang dalam
kajian sastra.
Pengarang karya sastra adalah
anggota masyarakat, sama seperti orang lain. Kemampuan dalam menghasilkan karya
sastra disebabkan oleh perbedaan kualitas, yaitu kualitas dalam memanfaatkan emosionalitas
dan intelektualitas, bukan perbedaan jenis. Pada dasarnya siapapun dapat
menjadi seorang pengarang. Perbedaannya, terletak pada kualitas karya yang
dihasilkan (Ratna, 2011: 303).
Pengarang merupakan pencipta dari
karya sastra tersebut, sehingga sastrawan dengan karya sastra mempunyai
hubungan erat dengan karya sastra. Hubungan itu berupa kesejajaran bila apa
yang ada di dalam kehidupan dan kepribadian sastrawannya tercermin dalam karya
sastra. Apa yang ada dalam karya sastranya merupakan cermin dari kehidupan
sastrawannya. Hubungan itu berupa hubungan kebalikan bila apa yang ada dalam
karya sastranya berupa lawan atau kebalikan dari kepribadian sastrawan. Apa
yang digambarkan dalam karya sastranya merupakan sesuatu yang digunakan untuk
menutupi kepribadian sesungguhnya dari diri sastrawan baik itu pengalaman
maupun hidup sastrawan (Siswantoro, 2008:2)
Prosa dalam pengertian
kesusastraan juga disebut fiksi, teks naratif, atau wacana naratif. Istilah
fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu
disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada
kebenaran factual, sesuatu yang benar-benar terjadi (Nurgiyantoro, 2013:2)
Novel adalah karya sastra yang
ditulis oleh pengarang, dapat berdasarkan hasil imajinatif maupun realita yang
terjadi atau isi hati pengarang (Nurgiyantoro, 2013:5). Karya sastra bentuk
novel memiliki dua kategori yaitu novel serius, novel popular, novel teenlit
(Nurgiyantoro, 2013: 17)
Novel serius sering disebut novel
sastra. Novel serius sanggup memberikan yang serba berkemungkinan, dan itulah
yang sebenarnya makna sastra yang sastra. Membaca novel serius, jika kita ingin
memahaminya dengan baik, diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai
kemauan, untuk itu pengalaman dan permasalahn kehidupan yang ditampilkan dalam
novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang
bersifat universal (Nurgiyantoro, 2010: 19)
Novel popular adalah novel yang
popular pada masanya ada banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan
remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang actual dan selalu menzaman, namun
hanya sampai pada tingkat permulaan. Novel popular tidak menampilkan
permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan.
Sebab, jika demikian halnya, novel popular akan menjadi berat, dan berubah
menjadi novel serius, dan boleh jadi akan ditinggalkan oleh pembacanya. Oleh
karena itu, novel popular pada umumnya bersifat artificial, hanya bersifat
sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya
sekali lagi. Ia biasanya cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya
novel-novel baru yang lebih popular pada masa sesudahnya (Nurgiyantoro,
2010:18).
Penelitian ini adalah penelitian
yang membahas tentang sosiologi sastra dalam novel “Sarifah” yaitu kehidupan
sosial yang mengkaji masalah-masalah interaksi sosial, kekuasaan dan
kepemimpinan dalam masyarakat yang kemudian menghubungkannya dengan kenyataan
yang pernah terjadi.
Sosiologi sastra adalah analisis
karya sastra yang erat kaitannya dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan
inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki. Dengan
dikaitkan visi sastra modern, kematian pengarang, karya sastra sama seperti ilmu
sosial yang lain, bukan milik pengarang (Ratna: 2013:332). Sosiologi sastra dan
sastra merupakan dua bidang yang berbeda, tetapi keduanya saling melengkapi.
Sosiologi tidak hanya menghubungkan manusia dengan lingkungan alam, tetapi juga
dengan kehidupan sosial (Endraswara, 2003:77).
Alasan yang melatarbelakangi
pengarang menciptakan novel “Sarifah” adalah sebagai makhluk sosial Dul Abdul
Rahman dipengaruhi oleh latar belakang sosiologisnya yang berupa interaksi
sosial di dalam kehidupan sehari-hari. Dari negeri jiran Malaysia, Dul Abdul
Rahman hendak menulis sebuah novel yang penuh akan konflik, bahkan muslihat,
yang mampu menyeret setiap pembacanya untuk terus mengikuti alur kisahnya.
Novel ini hendak mengangkat
ketokohan seorang yang berada di garis depan yang memprakarsai terbentuknya
sebuah LSM yang bernama Barra Tobarani. Lewat tokoh itu, cerita begitu mengalir
yang melibatkan begitu banyak tokoh yang sampai kapan pun akan terus
mempertahankan tanah milik mereka. Sebagai sebuah novel yang digarap dengan
ambisi besar, Rahman sengaja atau tidak tampak sangat menulis seolah-olah
cerita itu fakta. Ia condong mengandalkan lintasan narasi dan gagasan yang
keluar deras. Dengan mengandalkan itu, cerita semakin mengalir konflik demi
konflik yang mewarnai perjalanan Barra
Tobarani dan Sarifah. Dalam hal itulah, seyogyanya pengarang berlaku selektif.
Pasalnya, gagasan laksana mata air. Ia bisa mengalir menjelma jadi sungai
bening, selokan kecil, parit-parit pesawahan, air pancuran yang gemericik, atau
sungai raksasa dengan arus yang deras. Ke mana pun mata air itu mengalir, ia
mesti tetap berada dalam aliran sungai.
II. Metode
Metode penelitian sastra adalah
cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi dan sifat
sastra sebagai subyek kajian. Sampai saat ini, tampaknya dalam penelitian
sastra sering terjadi kerancuan antara penggunaan istilah metode, teknik dan
pendekatan. Akibat, terjadi wilayah ketumpangtindihan penelitian sastra. Metode
semestinya menyangkut cara yang operasional dalam penelitian. Metode telah
membutuhkan langkah penelitian yang pantas diikuti. Adapun teknik berhubungan
dengan proses pengambilan data dan analisis penelitian (Endraswara, 2011:8).
- Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian mempunyai
peranan penting, karena pendekatan merupakan dasar untuk melakukan penelitian.
Pendekatan merupakan langkah pertama dalam mewujudkan tujuan penelitian. Pada
dasarnya, dalam melaksanakan penelitian pendekatan mendahului teori. Artinya,
pemahaman mengenai pendekatanlah yang seharusnya diselesaikan terlebih dahulu,
kemudian diikuti dengan penentuan teori, metode, dan teknik penelitian.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian yang dihasilkan
bukanlah data yang berbentuk angka melainkan berbentuk kata-kata atau tulisan
dan adanya penelaahan dokumen berdasarkan data penelitian yang berupa kata-kata
atau potongan teks yang terdapat pada novel “Sarifah” karya Dul Abdul Rahman.
- Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dengan kajian aspek sosiologi. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan
menyajikannya dalam bentuk deskriptif (Ratna, 2014:46)
A.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian merupakan
rangkaian kegiatan dalam suatu penelitian untuk mempermudah penelitian tersebut
(Arikunto, 2010:61). Berdasarkan pendapat tersebut tahapan penelitian merupakan
suatu langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan suatu penelitian.
Penelitian yang baik harus melalui beberapa tahapan. Terdapat tiga tahapan
dalam penelitian ini, yaitu pembuatan rancangan penelitian, pelaksanaan
penelitian, pembuatan laporan penelitian (Arikunto, 2010: 61).
1.
Tahap Pembuatan Rancangan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini adalah pemilihan judul, konsultasi judul, dan studi pustaka. Pemilihan
judul dilakukan dengan menyiapkan objek penelitian berupa novel “Sarifah” karya
Dul Abdul Rahman. Setelah itu dicari permasalahan yang paling menonjol dalam
novel tersebut. Peneliti membuat batasan-batasan yang jelas dan aspek yang akan
diteliti. Dari beberapa aspek structural yang ada, peneliti hanya menganalisis
tema, penokohan dan perwatakan, alur, dan konflik. Sedangkan dari aspek
sosiologi peneliti hanya menganalisis
tentang aspek sosial penyebab terjadinya interaksi sosial dalam novel
“Sarifah” karya Dul Abdul Rahman. Kegiatan selanjutnya adalah mengkonsultasikan judul kepada dosen
pembimbing II, kemudian ke dosen pembimbing I.
2.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Dalam tahap pelaksanaan, kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti meliputi pengumpulan data, pengolahan data,
penafsiran dan penyimpulan hasil pengolahan data. Pengumpulan data merupakan
hal yang penting dalam proses penelitian. Dalam tahap pengumpulan data,
peneliti mulai melakukan pencatatan dan pengumpulan data yang diperlukan dalam
penelitain.
Dari data tersebut peneliti
bertugas untuk mengatur, memberi kode dan mengategorikan data dengan
menggunakan teknik yang sesuai dengan keberadaan data. Selanjutnya data
tersebut dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang akan diteliti yaitu aspek
structural dan aspek sosial. Setelah itu peneliti melakukan analisis data serta
mendeskripasikan bagian demi bagian data yang ditemukan dalam penelitian.
Kemudian dilakukan tindakan penarikan kesimpulan yang disusun berdasarkan hasil
analisis data penelitian.
3.
Tahap Pembuatan Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap akhir
dari penelitian yang meliputi penulisan laporan, pengkonsultasian laporan
kepada pembimbing. Laporan penelitian diajukan terlebih dahulu kepada
pembimbing II kemudian direvisi dan mendapat persetujuan. Selanjutnya, peneliti
mengonsultasikan laporan penelitian kepada pembimbing I sampai mendapatkan
persetujuan. Langkah berikutnya adalah pengujian terhadap laporan penelitian.
Setelah dinyatakan lulus , langkah terakhir yang dilakukan adalah menggandakan
hasil penelitian.
B.
Waktu Penelitian
C.
Agar penelitian dapat berjalan
sesuai rencana, maka ditetapkan jadwal. Jadwal penelitian disusun agar peneliti
dapat tepat waktu dalam melakukan penelitian. Penelitian dilaksanakan pada awal
Maret 2016.
III. HASIL DAN KESIMPULAN
Penelitian yang berjudul “Perspektif Kehidupan Sosial dalam
Novel Sarifah karya Dul Abdul Rahman” ini membahas tentang masalah yang terdiri
dari: tema, alur, penokohan dan perwatakan, konflik, serta aspek sosial. Tema
meliputi tema mayor dan tema minor, alur atau plot meliputi tahap situation,
tahap generating circumstances, tahap rising action, tahap climax, tahap
denouement. Penokohan meliputi tokoh utama, tokoh pendamping, tokoh bawahan,
tokoh figuran dan bayangan. Perwatakan meliputi tokoh berwatak datar dan tokoh
berwatak bulat. Konflik meliputi konflik internal dan eksternal. Aspek sosial
meliputi interaksi sosial, kekuasaan, dan kepemimpinan.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti,
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian berjudul “Perspektif Kehidupan Sosial
dalam Novel Sarifah karya Dul Abdul Rahman” adalah “perjuangan” dalam menjalani
kehidupan. Sedangkan tema minor yang terdapat dalam novel “Sarifah” karya Dul
Abdul Rahman adalah berikut: Merampas hak rakyat kecil, berpura-pura baik hanya
untuk menjebak dan memperoleh simpati, kemewahan membuat manusia lupa segalanya
termasuk cinta dan kasih sayang suami, dan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan cinta.
Berdasarkan fungsi kedudukannya, tokoh dalam novel “Sarifah”
karya Dul Abdul Rahman terdiri dari tokoh utama, tokoh pendamping, tokoh
bawahan, tokoh figuran dan tokoh bayangan. Tokoh utama adalah tokoh yang sering
muncul dalam suatu cerita. Tokoh utama yaitu: Sarifah. Tokoh pendamping adalah
tokoh yang mempunyai kedudukan yang sama tetapi selalu menantang tokoh utama.
Tokoh pendamping dalam novel tersebut adalah Barra Tobarani dan Taikong
Lamakking. Tokoh bawahan adalah tokoh yang kehadirannya diperlukan untuk
mendukung tokoh utama dan tokoh
pendamping. Tokoh bawahan dalam novel tersebut adalah Lahajji, Sallasa, dan
Mattorang. Tokoh figuran adalah tokoh yang kehadirannya untuk melengkapi
suasana. Tokoh figuran dalam novel tersebut adalah Petta Loppo, Beddu Rassa,
Sattu Sobbu, Ammatoa, Maulid Barra, Sittiara, Maemunah, Sitti Marbiah,
Massakkirang, Mandor Lapangan, Ambu Tuwo, dan Taikong Hamide. Tokoh bayangan
adalah tokoh yang hanya diceritakan tetapi tidak perlu hadir dalam cerita dan
dihadirkan sebagai pelengkap cerita. Tokoh bayangan dalam novel tersebut adalah
La Nongko, La Tato, Labuaja, Labolong, Ibu Barra Tobarani, Kepala Desa
Tugondeng.
Penelitian ini mendeskripsikan perwatakan dasar dan perwatakan bulat tokoh yang terdapat
dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul Rahman. Tokoh yang memiliki watak datar
adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat
watak tententu saja. Tokoh yang berwatak datar yaitu Barra Tobarani, Lahajji,
Sallasa, dan Mattorang. Tokoh yang berwatak bulat adalah tokoh yang memiliki
dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati
dirinya. Tokoh yang berwatak bulat yaitu Sarifah dan Mandor Lamakking.
Konflik yang terdapat dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul
Rahman yang berupa konflik eksternal yang tergambar dari hubungan tokoh dengan
hubungan kontak sosial antar manusia yaitu Barra Tobarani dan Taikong
Lamakking, Mandor Lamakking dan Barra Tobarani, serta Barra Tobarani dengan PT
Lonsum. Sedangkan konflik internal yaitu tergambar pada tekanan batin yang
dialami oleh Sarifah, Barra Tobarani, serta Mandor Lamakking. Sarifah
meninggalkan Barra Tobarani dan anak-anaknya di Bulukumba karena ia harus
berangkat menjadi TKI sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh penyalur TKI
dibawah pimpinan Taikong Lamakking. Barra Tobarani mengalami tekanan batin yang
amat dalam ketika ia harus berpisah dengan isterinya, Sarifah.
Unsur ekstrinsik yang ditekankan yaitu aspek sosiologi yang
terdapat dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul Rahman diwarnai oleh interaksi
sosial, kekuasaan dan kepemimpinan pengarang dan sebagainya. Hasil pengarang
tersebut dikomunikasikan kepada penikmat atau pembaca. Penghayatan karya sastra
merupakan usaha untuk menghidupkan kembali ide, keinginan, dan imajinasi
pengarang. Usaha penghayatan ini tergantung pada kemampuan pembaca dalam
memahami makna kalimat serta ungkapan dalam karya sastra yang dibacanya.
Perspektif kehidupan
sosial dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul Rahman adalah berkaitan dengan
interaksi sosial, kekuasaan, dan kepemimpinan. Proses interaksi sosial dalam
novel “Sarifah” karya Dul Abdul Rahman dialami oleh tokoh Barra Tobarani
terhadap PT Lonsum, karena mereka ingin melakukan kerja sama yang sebenarnya
bukan kerja sama yang baik melainkan ingin mengakomodasi sejumlah warga.
Kekuasaan yang terdapat dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul Rahman dialami
oleh tokoh: Lahajji, Sallasa, dan Mattorang yang selalu membela warga sekitar
sehingga PT Lonsum yang ingin menguasai
tanah warga dapat dicegah sampai titik darah penghabisan. Sedangkan
kepemimpinan yang terdapat dalam novel “Sarifah” karya Dul Abdul Rahman dialami
oleh tokoh Mandor Lamakking karena ia adalah salah satu perwakilan dari
pimpinan PT Lonsum yang selalu ingin menjatuhkan nama baik LSM Tobarani.
Dengan demikian bahwa novel “Sarifah” karya Dul Abdul Rahman
ini mengandung nilai sosial yang digunakan sebagai pengungkapan dan pengimajian
pengarang terhadap sesuatu yang berbentuk novel.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosuder Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badrun, Ahmad. 2003. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra).
Surabaya: Usaha Nasional.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Kutha, Nyoman Ratna. 2011. Teori, Metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Panuti Sudjiman. 2008. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan
Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara.
Purba, Antila. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung:
Angkasa.
Siswantoro, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
PT Grasindo.
Soerjono, Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 2001. Apresiasi Kesusastraan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2009. Teori Kesusastraan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumber tulisan: www.simki.unpkediri.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar